Kadang saya suka miris dengan curhatan teman
dekat,hutangnya via kartu kredit sampai numpuk dan hutangnya itu entah sampai
kapan akan lunas.Secara dicicil bayarnya tiap bulan.Dia mengeluh ga bisa
mengendalikan diri belanja online.Terkadang kalau galau larinya ke
belanja.Padahal barang yang dibeli juga ga butuh-butuh amat,jadinya konsumtif
kan?
Padahal kalau saja dia bisa melunasi
hutang-hutangnya yang numpuk itu,semisal uang THR yang didapat kemarin
dialokasikan separuhnya atau bahkan seluruhnya untuk membayar hutang,saya rasa
hidupnya lebih tenang,tak stress terus menerus.
Padahal seandainya dia tahu,kartu kredit ataupun
KTA adalah rentenir berkrah putih.Bunga berbunga,Kalau saja dia memahami soal
riba dan hutang dalam Islam.Jangan sampai kita mati penuh dengan hutang,Nauzubillah…Itulah
kenapa beberapa kajian soal hutang yang pernah saya baca mengatakan,kalau bisa
janganlah kita membeli sesuatu dengan berhutang.
Tapi ya namanya hidup masa kini,dengan segala
godaan duniawi.Sanggupkah kita bertahan dengan apa adanya kita? Mau punya
handphone yang keren harganya sampai 7 jeti.Ngumpulin uang sisa gajian sampai
kapan bisa tertabung? Kalau gajinya puluhan juta sich wajar bisa beberapa bulan
saja menabung.Tapi kalau gajinya kecil ibarat pungguk merindukan bulan,jalan
satu-satunya meraih yang diinginkan ya dengan berhutang.Apalagi kartu kredit
gencar juga menawarkan program cicilan bunga 0%
ibarat gayung bersambut.Kadang itu hanya keinginan bukan kebutuhan,konsumtif
dengan cara instan.Yakin ga tuch bunganya
0% ? Mana ada di dunia ini yang gretong,kita sebagai konsumen harus
selektif dan jangan cepat terlena.
Mungkin karena saya pernah bekerja di perusahaan
leasing / finance dan juga di sebuah bank,saya cukup tahu lika liku soal hutang
piutang ini.Saya bersinggungan langsung dengan para customer dan juga debt
collector,Kadang saya miris mendapati customer kartu kredit yang lugu,tak tahu
menahu kalau kartu itu dipakai ada bunga yang cukup tinggi menanti.Mereka
dengan santainya menggunakan kartunya,sampai hutang menumpuk dan harus
berurusan dengan debt collector.Kalau customer yang cuek bleh sich jangan
ditanya lagi,malah banyak juga yang ibarat “maling”,sampai-sampai debt
collector saja kehilangan jejaknya.
Dan Alhamdulillah,selama ini apapun keinginan
ataupun benar-benar kebutuhan,saya selalu beli dengan tunai.Triknya adalah
dengan rajin menabung.Apapun keinginan saya,saya pastikan harus sesuai dengan
kantong.Jangan sampai besar pasak daripada tiang.Ternyata suamipun berprinsip
sama.Kami selalu takut berhutang,apalagi berurusan dengan bank,kecuali memang
benar-benar kepepet,hikss.Jadi hidup kami bisa dilihat ya biasa saja.Jadi
teringat salah satu postingan di grup whatsapp yang menjadi warning bagi saya,cekidot….
MANUSIA-MANUSIA TANPA HUTANG (CERITA 1)
Kawanku di Jakarta hijrahnya gak tanggung-tanggung, rumahnya yang masih KPR dijual, Honda Jazz putih yang dulu perlente dipakainya pun dijual. Sekarang tinggal di rumah kontrakan, memulai bisnis baru yang sangat berbeda dengan bisnisnya yang dulu.
"Sap, ketika aku menjual semua asetku dan hutangku lunas, ada perasaan plong di hati yang tidak ternilai, bangun pagi rasanya bebasssss... Tak ada sedikitpun mikiran cicilan ini itu lagi. Sebulan kalo dapat uang 20jt, duitnya ya utuh, kebutuhan keluarga paling 5 juta dah cukup.. Gak ada lagi kertas-kertas tagihan dengan nominal dan beban bunga yang bikin nyesek! Dan Allah tidak pernah ingkar janji.. Aku bisa memulai bisnis lagi, bangkit lagi, tanpa harus hutang disana-sini"
Senyumnya begitu lepas.. Tanpa beban.
Kawanku lainnya di Jogja, pengusaha advertising memilih tak pernah tanda tangan apapun dengan surat hutang. Mobil sudah ada dari kantor untuk operasional, wira wiri dia masih setia naik motor, kalo ku goda
"wis dadi boss mbok numpak mobil Mas"
jawabnya cukup sesederhana ini:
"ah Valentino Rossi yang kaya raya aja naik motor kok"
Penghasilannya sebagai pemilik bisnis, penulis buku, dan inspirator di berbagai seminar tentu gampang kalo untuk datang ke dealer, tanda tangan surat hutang, DP 30% dan langsung bawa pulang Innova pun bisa. Tapi itu tidak dilakukannya.. Tetap naik motor, tapi kemarin beli iPhone 6plus harga 14 juta pun cash, beli MacBook puluhan juta pun cash, iPad malah ada yang ngasih.
"Mas aku mau beli rumah nih, tapi cash gak mau hutang.. Sekarang terus ngumpulin uang, ketemu yang cocok bayar.."
"Enak lho gak punya hutang, sholat juga tenang, gak kemrungsung, naik motor juga woles aja tuh.. Gak takut dikuntit debt colector, di rumah juga santai gak ada penagih hutang gedor-gedor rumah" lanjutnya
Mmmm.. Gitu yaa
Ada lagi anak muda yang baru kukenal di Jogja, bisnisnya baru dua tahun tapi tumbuh luar biasa, bangkrut di bisnis jualan jus usai jadi sarjana, sempat galau lalu bangkit dengan bisnis ayam gepreknya. Join dengan kawannya, kerja bareng-bareng memulai usaha, fokus, tekun, gak neko-neko.. Sekarang sehari omzetnya tembus 13-15 juta. Kutanya langsung isi dapurnya, dengan omzet segitu sebulan dapat profit bersih berapa?
"Alhamdulillah mas, bulan kemarin bersih dapat 97 juta"
Wow!!!
"Kalian punya hutang di bank?" Tanyaku
"Sejak awal bisnis kami tidak pernah berhutang, setiap ada untung kami gak ambil, diputer terus, digulung terus, puter lagi, sampai sekarang punya 3 cabang. Kami ingin fokus di bisnis mas, bukan di hutang..."
Anak muda dengan profit nyaris 100jt sebulan itu tetap naik motor ketika berlalu dari hadapanku..
Wahai.. Wahai..
Wahai dirimu yang masih berprinsip hutang itu mulia, numpuk hutang disana-sini, bangga banget dengan aset hutangan yang dipamerkan di semua sosmed, agar dapat label "sudah saksesss!!" dari kawan dan orang sekitar,
inget... kalo engkau tidak mampu membayar hutang akan masuk kategori gharim..
Layak dan berhak dizakati..
Mendapat bagian 2,5% dari harta orang lain seperti fakir miskin.
Mau?
Dan aku jadi saksi, ketika berkeliling kota-kota bertemu dengan banyak pengusaha yang dulu bangga dengan aset-asetnya, sekarang datang dengan wajah murung dalam jeratan hutang tak berkesudahan..
Masih mau terus hidup dalam kepalsuan?
@Saptuari
No comments:
Post a Comment