Teddy Andika-teman saya yang seorang aktivis HIV-Aids memberi saya sebuah buku
berisi cerpen-cerpen karya perempuan ODHA-Orang Dengan HIV Aids.Membaca cerpen
pertama 'MANDUL' sontak membuat saya kaget.Bercerita tentang Ayu yang enggan
punya anak karena mengidap HIV dan ada sebuah pembiaran orang-orang mengganggap
dirinya mandul.Atau cerpen Tary yang bertanya apakah dia pantas dicintai dan
berbagi minuman karena dia takut pasangannya ketularan HIV? Atau menyimak
cerpen Sari'Jangan Biarkan Aku Menangis' yang menutupi dirinya mengidap HIV.
Kumpulan cerpen ini sepertinya berdasarkan pengalaman pribadi mereka.Dan yang penting lagi,para perempuan ini ditulari HIV oleh para pasangan mereka yang kebanyakan adalah pecandu narkoba.Dan mereka harus menerima nasib mereka tertular karena mereka tak tahu bahwa suami atau pasangan mereka adalah pengidap HIV.Merasa ditipu oleh orang yang dipercayai.Sedih dan memprihatinkan memang...
Belum banyak memang kisah penderita HIV dituangkan dalam cerpen ataupun novel.Karena selama ini AIDS dianggap adalah sebuah aib yang harus ditutupi.Bahkan perlakuan bagi penderita HIV-Aids di berbagai rumah sakitpun terkadang masih memprihatinkan.Kumpulan cerpen yang dibuat oleh ODHA adalah sebuah terobosan,mereka menuangkan kreatifitas bahkan cerita pribadi mereka sendiri.Untunglah orang-orang seperti Dewi Lestari,Djenar Maesa Ayu dan Ayu Utami mau berbagi ilmu penulisan dengan para ODHA ini.Sehingga mereka merasa sama dengan orang-orang biasa,tak dihina bahkan terkucilkan.
Kadang kita menghukum ODHA karena perilaku buruk mereka-pecandu narkoba,memakai jarum suntik bergantian dan seks bebas.Padahal sisi lain ada perempuan ODHA sebagai obyek penderita,tak tahu apa-apa tapi harus jadi pesakitan seumur hidup.Ini membuka mata saya setelah membaca buku ini.Mereka tidak tahu sampai kapan mereka bisa bertahan hidup.Tapi semangat hidup mereka patut diacungi jempol.Seperti dinukil dari buku ini,mereka butuh tempat berbagi,ingin didengar dan diperhatikan.Terlebih mereka pernah merasakan kepedihan hidup,terbuang,mendapat cap buruk,berada diposisi bersalah atau dipersalahkan bahkan merasa ditiadakan.
Kisah ODHA di buku ini sungguh terkadang ibarat melodrama.Apakah kita percaya ada lelaki yang mau menerima wanita dengan apa adanya dirinya sebagai pengidap HIV? Atau seorang Dewi Lestari yang mau berbagi sedotan dan sendok dengan para ODHA ini,membuat mereka sangat terkesan karena orang tua merekapun belum tentu mau melakukan itu.Tapi itulah realita kisah mereka.Bahwa ODHA ingin bersuara,mereka berjuang hidup dengan virus itu.Sebagaimana orang-orang lain hidup dengan penyakit lain-kanker,hepatitis,diabetes dll.Mereka tak beda dengan yang lain.Buku ini adalah tentang pembelajaran hidup dan membuka mata kita agar waspada HIV-AIDS yang semakin meluas ( bahkan melibas anak-anak negeri ini )
Depok,24 Okt'07
Kumpulan cerpen ini sepertinya berdasarkan pengalaman pribadi mereka.Dan yang penting lagi,para perempuan ini ditulari HIV oleh para pasangan mereka yang kebanyakan adalah pecandu narkoba.Dan mereka harus menerima nasib mereka tertular karena mereka tak tahu bahwa suami atau pasangan mereka adalah pengidap HIV.Merasa ditipu oleh orang yang dipercayai.Sedih dan memprihatinkan memang...
Belum banyak memang kisah penderita HIV dituangkan dalam cerpen ataupun novel.Karena selama ini AIDS dianggap adalah sebuah aib yang harus ditutupi.Bahkan perlakuan bagi penderita HIV-Aids di berbagai rumah sakitpun terkadang masih memprihatinkan.Kumpulan cerpen yang dibuat oleh ODHA adalah sebuah terobosan,mereka menuangkan kreatifitas bahkan cerita pribadi mereka sendiri.Untunglah orang-orang seperti Dewi Lestari,Djenar Maesa Ayu dan Ayu Utami mau berbagi ilmu penulisan dengan para ODHA ini.Sehingga mereka merasa sama dengan orang-orang biasa,tak dihina bahkan terkucilkan.
Kadang kita menghukum ODHA karena perilaku buruk mereka-pecandu narkoba,memakai jarum suntik bergantian dan seks bebas.Padahal sisi lain ada perempuan ODHA sebagai obyek penderita,tak tahu apa-apa tapi harus jadi pesakitan seumur hidup.Ini membuka mata saya setelah membaca buku ini.Mereka tidak tahu sampai kapan mereka bisa bertahan hidup.Tapi semangat hidup mereka patut diacungi jempol.Seperti dinukil dari buku ini,mereka butuh tempat berbagi,ingin didengar dan diperhatikan.Terlebih mereka pernah merasakan kepedihan hidup,terbuang,mendapat cap buruk,berada diposisi bersalah atau dipersalahkan bahkan merasa ditiadakan.
Kisah ODHA di buku ini sungguh terkadang ibarat melodrama.Apakah kita percaya ada lelaki yang mau menerima wanita dengan apa adanya dirinya sebagai pengidap HIV? Atau seorang Dewi Lestari yang mau berbagi sedotan dan sendok dengan para ODHA ini,membuat mereka sangat terkesan karena orang tua merekapun belum tentu mau melakukan itu.Tapi itulah realita kisah mereka.Bahwa ODHA ingin bersuara,mereka berjuang hidup dengan virus itu.Sebagaimana orang-orang lain hidup dengan penyakit lain-kanker,hepatitis,diabetes dll.Mereka tak beda dengan yang lain.Buku ini adalah tentang pembelajaran hidup dan membuka mata kita agar waspada HIV-AIDS yang semakin meluas ( bahkan melibas anak-anak negeri ini )
Depok,24 Okt'07
No comments:
Post a Comment