Mendarat di bandara Schiphol-Amsterdam setelah 12 jam di
pesawat dan sempat transit hampir 3 jam di bandara Kuala Lumpur memang
perjalanan yang sangat melelahkan.Apalagi saya langsung disambut suhu 4 derajat
celcius.Untungnya jas tebal serta perlengkapan musim dingin yang saya bawa
sangat mendukung.Sehingga dinginnya udara terasa lebih berkurang.
Bandara Schiphol tidak seluas bandara
Soekarno-Hatta.Tapi arsitektur bandara dan kecanggihan fasilitasnya memang jauh
lebih hebat.Bandara tidak hanya sebagai tempat keluar masuk penumpang.Tapi
dibuat sedemikian rupa sehingga penumpang betah berada di sana.Penumpang bisa
melihat-lihat butik-butik perancang terkenal,toko cenderamata,kosmetik bermerek
serta resto-resto yang menyenangkan di Schiphol Plaza.Bahkan kita bisa
menjumpai Rijksmuseum Amsterdam Schiphol.
Sex Museum |
Amsterdam selain kondang dengan bunga
tulipnya,beken pula sebagai kota aneka museum.Mungkin karena orang-orang disana
sangat maniak museum,berbagai museum bertebaran di sana.Tapi ada tiga museum
wajib dikunjungi bagi penikmat seni yaitu the Rijksmuseum, the Stedelijk
(modern art) dan the Van Gogh yang berada di sekitar the
Museumplein.Rijksmuseum,adalah museum terbesar yang memuat lukisan dari abad
ke-17 karya Rembrandt, Vermeer and Van Hals. The Nightwatch masterpiece karya
Rembrandt berada di museum ini.Tapi untuk masuk ke berbagai museum ini kita
merogoh kocek agak dalam ( untuk ukuran rupiah ).Setidaknya sekitar
9 Euro atau Rp.100.000,- lebih.
Selain tiga museum tersebut,ada pula Rembrandt's
House.Ini adalah rumah sang pelukis Rembrandt.Amsterdam Historical
Museum,Maritime Museum,Anne Frank House ataupun Museum lilin Madame Tussauds,
bisa jadi pilihan lain kunjungan wisata.
Jarak dari hotel tempat saya menginap menuju pusat kota
dengan menggunakan kereta memakan waktu lebih kurang 30 menit.Pemandangan di
jalanan dan di stasiun kala musim dingin makin bergelora dihiasi oleh
para abg yang sedang kasmaran dan saling berciuman hangat.Dan sayangnya
pula,saya datang ketika musim dingin.Sehingga saya tidak bisa menikmati
indahnya tulip yang bermekaran.
Soal makanan,Amsterdam juga gudangnya berbagai makanan dan
masakan manca negara.Mulai dari Indonesia,Cina,Jepang,Meksiko dan
lain-lain.Tapi memang untuk urusan makanpun kocek harus dirogoh
dalam-dalam.Untuk menu sederhana saja harus merogoh sampai 20 Euro.Atau sedikit
berhemat,dengan setangkup sandwich,kentang goreng plus air mineral
'hanya' membayar 10 Euro.Untuk sekedar mencoba panekuknya yang sangat terkenal
itu juga bolehlah.
Tapi yang membuat saya tertarik adalah Royal
Palace,karena bentuk istananya yang sama sekali tidak mirip istana seorang
ratu.Sebenarnya Jacob van Campen merancang gedung ini sebagai City Hall.Tapi
sejak tahun 1808,ketika saudara Napoleon yang bernama Louis Bonaparte menduduki
Belanda,dia menunjuk gedung tersebut untuk kegiatan kerajaan.
Menikmati Amsterdam memang lebih hemat dan
murah meriah dengan menggunakan trem,yang menyusuri semua tujuan di kota
ini.Kalau ingin menikmati kanal-kanal di Amsterdam,bisa pula menyusurinya
dengan canal cruise walau harus membayar sedikit mahal.
Melewati Kalverstraat,Nieuwendijk,Rokin serta Leidsestraat
yang berada di antara the Leidseplein dan Spui adalah merupakan pusat belanja
yang asyik.Mulai toko cenderamata sampai butik-butik terkenal ada di sana.Dan
bisa pula sedikit cuci mata di Magna Plaza yang terdapat di dekat Royal
Palace.Walau hujan mengguyur kota,tidak menyurutkan langkah kaki saya untuk
terus menyusuri sudut-sudut pertokoan dan sisi kota.Jalanan sedikit lengang
saat itu karena udara memang sangat tidak bersahabat.Hanya sedikit orang
terlihat lalu lalang atau menaiki sepeda 'kuno' ( yang menjadi salah satu
andalan alat transportasi di kota ini ) di sekitar Dam Square.
Melewati tiap sisi Amsterdam,membuat diri saya
tercenung.Kapan Indonesia ( khususnya Jakarta ) akan memiliki tata ruang yang
indah dan nyaman seperti ini.Bangunan tua di sana sangat dilestarikan.Bahkan
menjadi obyek wisata yang selalu ramai didatangi.Jalanan yang tertib,pejalan
kaki,trem,pengendara mobil dan sepeda mempunyai jalur khusus.Lalu pikiran saya
melayang ke Jakarta,tentang transportasi yang buruk,sungai-sungai yang airnya
hitam dan banyak sampah.Kapan pula negeri ini menikmati kereta dan bis kota
yang nyaman,tidak berdesakan dan tidak bau? Dan kapan pula sungai seperti
Ciliwung bebas sampah?
Untuk urusan esek-esek,Amsterdam memang salah satu
pusatnya.Mulai dari klub para gay sampai ‘ red light district ‘ yang dilegalkan
pemerintah.Melalui majalah yang saya baca di hotel,red light district juga
menyajikan menu 'strippers' di Theatre Casa Rosso dan 'beautiful topless
ladies' di The Bananenbar.Dan pengelola menyediakan jemputan gratis untuk
menarik orang-orang datang ke sana.Seperti Inggris,negara ini menghalalkan
perkawinan sesama jenis.Sayapun sempat melewati rumah-rumah yang dijadikan
tempat mesum.Meski udara dingin,para wanita dan pria penjaja syahwat tetap
bertelanjang dada dibalik jendela mengundang para 'penikmat seks'untuk mampir.Bahkan
saking 'terbuka'nya negara ini terhadap seks,terdapat pula Erotic Museum ( di
red light district ) yang memuat koleksi 'erotic art' dan Museum seks ( di
dekat Museum lilin Madame Tussauds ) yang sempat saya lewati.
Penat badan dan kaki mulai terasa.Diripun terasa malas
meninggalkan Amsterdam.Ada penyesalan di hati,kenapa perjalanan saya kali ini
teramat singkat.Belum semua sisi kota Amsterdam saya datangi.Mungkin suatu saat
saya akan kembali untuk mengitari ruang lain kota ini.Daag....
(seperti penuturan M.F Mursito kepada penulis )
(seperti penuturan M.F Mursito kepada penulis )
2 comments:
Dejavu saya juga baru dari sana....mudah2an bisa kembali lagi next time..karena masih ada Tempat ok yg belum dikunjungi marken Dan gotten.
siip mbak yosefin...wahh,lg musim semi dunk yaa...bisa lihat buka tulip bermekaran
Post a Comment