Selama ini LGBT eksis dimana-mana tanpa menimbulkan kehebohan seperti sekarang ini.Kenapa sekarang gaungnya makin menggila?
Hidup kita tertata karena ada agama dan etika yang memagari keseharian kita..
Coba kita cermati apa kata pakar ...
LGBT : SEBUAH GERAKAN PENULARAN
26 JANUARI · PUBLIK
SARLITO WIRAWAN SARWONO
Guru Besar Fakultas Psikologi
Guru Besar Fakultas Psikologi
Mungkin ada yang heran bertanya, kenapa saya begitu keras terhadap perilaku Lesbianism, gay, bisexual and transexualism (LGBT).
Saya seakan penuh murka dan tak memberikan sedikitpun ruang toleransi bagi pengidapnya.
Saya seakan penuh murka dan tak memberikan sedikitpun ruang toleransi bagi pengidapnya.
Mungkin saya perlu klarifikasi bahwa saya tidak sedang bicara tentang pelaku, orang dan oknum.
Terhadap oknum, orang dan pelaku LGBT, kita harus tetap mengutamakan kasih-sayang, berempati, merangkul dan meluruskan mereka.
Terhadap oknum, orang dan pelaku LGBT, kita harus tetap mengutamakan kasih-sayang, berempati, merangkul dan meluruskan mereka.
Dan saya juga tidak sedang bicara tentang sebuah perilaku
personal dan partikular. Saya juga tak sedang bicara tentang sebuah gaya
hidup menyimpang yang menjangkiti sekelompok orang.
Karena saya sedang bicara tentang sebuah GERAKAN !!!
Karena saya sedang bicara tentang sebuah GERAKAN !!!
Ya, saya sedang bicara tentang sebuah GERAKAN : ORGANIZED
CRIME yang secara sistematis dan massif sedang menularkan sebuah
penyakit !!! Sekali lagi, bagi saya ini bukan semata perilaku
partikular, sebuah kerumun, bahkan bukan lagi semata-mata sebuah gaya
hidup, tapi sebuah harakah : MOVEMENT !!! Terlalu paranoidkah kesimpulan
ini ???
Saya telah mengumpulkan begitu banyak kesaksian di
kampus-kampus tentang mahasiswa-mahasiswa normal kita yang dipenetrasi
secara massif agar terlibat dalam LGBT dan tak bisa keluar lagi darinya.
Perilaku mereka sangat persis seperti sebuah sekte, kultus atau gerakan-gerakan eksklusif lainnya : fanatik, eksklusif, penetratif dan indoktrinatif.
Ya, ini telah berkembang menjadi sebuah sekte seksual.
Perilaku mereka sangat persis seperti sebuah sekte, kultus atau gerakan-gerakan eksklusif lainnya : fanatik, eksklusif, penetratif dan indoktrinatif.
Ya, ini telah berkembang menjadi sebuah sekte seksual.
Kenapa mereka perlu menjadi sebuah gerakan ?
Dan untuk itu mereka membutuhkan beberapa prasyarat :
Untuk memenuhi ketiga hal ini, maka organisasi ini harus
mampu menularkan penyimpangannya secara eksponensial kepada
lingkungannya.
Mereka sadar, pertumbuhan jumlah mereka hanya bisa dilakukan lewat penularan, mengingat mereka tak mungkin tumbuh lewat keturunan.
Mereka sadar, tanpa penularan mereka akan punah !!!
Kenapa harus menyasar mahasiswa ?
EviIPS: Bacaan dan renungan dari Tere Lie :
*Sesama Jenis
Dan akan menyusul belasan negara lain.
Trend dukungan atas perkawinan sesama jenis terus bertambah.
Silahkan tanya ke politisi negeri ini, apakah mereka akan melegalkan perkawinan sesama jenis di Indonesia ?
Sekarang sih saya yakin jawabannya: TIDAK.
Tapi 20-30 tahun lagi, tergantung situasinya.
Jika itu membuat mereka terpilih, akan banyak politisi yang bersedia menyetujuinya.
Tapi 20-30 tahun lagi, tergantung situasinya.
Jika itu membuat mereka terpilih, akan banyak politisi yang bersedia menyetujuinya.
Saya tidak berlebihan. Itu rasional sekali.
Silahkan cek di negara-negara lain.
Silahkan cek di negara-negara lain.
Syah. Atas nama kebebasan.
Tapi demokrasi tidak mengenal kitab suci.
Kalian tahu, bahkan homo kelas berat, masih santai pergi ke gereja, ke tempat-tempat ibadah.
Mereka hanya mengenal suara terbanyak.
Apakah orang Brazil tidak beragama ?
90% penduduk mereka beragama, lantas apakah tidak ada disana yang keberatan dengan legalisasi ini ?
Jawabannya sederhana : mayoritas tutup mata.
"I don't care". Urus saja (urusan) masing-masing. Saya tidak mau recok. kamu jangan rese. Yang sesama cowok mau ciuman di tempat umum pun, bodo amat. Toh, mereka tidak mengganggu saya.
Dulu, Brazil itu sangat religius. Lantas kenapa sekarang
jadi berubah sekali ? Bagaimana mungkin politisi mereka meloloskan UU
itu ? Apakah rakyatnya tidak keberatan ?
Mereka masuk lewat tontonan, bacaan, menumpang lewat kehidupan glamor para pesohor.
Masyarakat dibiasakan melihat sesuatu yang sebenarnya mengikis kehadiran agama.
Awalnya jengah, lama-lama terbiasa, untuk kemudian apa salahnya ?
Orang-orang jadi malas mendengarkan nasehat agama, buat apa ? Urus sajalah urusan masing-masing.
Bahkan termasuk dalam kasus, tidak ada agama di suatu tempat, hanya ada nilai-nilai luhur--yang pasti juga akan melarang pernikahan sesama jenis.
Dekatkan mereka dengan materialisme dunia, jauhkan mereka dari nilai-nilai luhur.
Gunakan teknologi untuk mempercepat prosesnya. Internet misalnya, itu efektif sekali menyebarkan berita, propaganda, dan sebagainya.
Silahkan tunggu 20-30 tahun lagi.
Jika tidak ada yang membangun benteng-benteng pemahaman bagi generasi berikutnya, tidak ada yang membangun pertahanan tangguh, malah sibuk saling sikut berkuasa, sibuk berebut urusan dunia, sibuk dengan urusan duniawinya, 20-30 tahun lagi, kita akan menyaksikan pasangan cowok bermesraan di tempat-tempat umum.
Tetangga sebelah rumah kita adalah pasangan sesama jenis, dan mereka dilindungi oleh UU, karena sudah dilegalkan.
Ketika masa itu tiba, kalian bisa kembali mengeduk catatan ini.
Jika tidak ada yang membangun benteng-benteng pemahaman bagi generasi berikutnya, tidak ada yang membangun pertahanan tangguh, malah sibuk saling sikut berkuasa, sibuk berebut urusan dunia, sibuk dengan urusan duniawinya, 20-30 tahun lagi, kita akan menyaksikan pasangan cowok bermesraan di tempat-tempat umum.
Tetangga sebelah rumah kita adalah pasangan sesama jenis, dan mereka dilindungi oleh UU, karena sudah dilegalkan.
Ketika masa itu tiba, kalian bisa kembali mengeduk catatan ini.
Hidup ini tentang saling menjaga, saling menasehati, saling meluruskan.
Guru Besar Fakultas Psikologi UI. Semoga bermanfaat. Aamiin.
No comments:
Post a Comment