Sunday 26 June 2016

Budaya Memalsu di China

Setelah baca tulisan ini jadi tahu kenapa Cina jago bingits palsu memalsu barang,cekidot....

DARI benda-benda bersejarah Cina yang pernah dibaca dan dilihat di beberapa museum, yang paling disukai oleh Paul Midler, penulis bukuAbal-abal Produk Cina (Ufuk Press, 2010), adalah batu giok yang menjadi koleksi National Palace Museum di Taipei, tempat harta karun berharga milik para kaisar Cina disimpan. Bukan benda itu yang membuat dia kagum karena sama seperti benda kuno lainnya, tapi kisah yang menyelimutinya yang mengesankan. 


Dan kisah itu dapat menjawab pertanyaan mengapa Cina mampu memproduksi semua barang di dunia.Syahdan, pada suatu hari Kaisar Qianlong, yang berkuasa hampir sepanjang abad ke-18 selama Dinasti Qing, sedang mengagumi benda koleksinya. Benda itu adalah sebuah cangkir dari batu giok yang konon dibuat selama Dinasti Ming, yang bertahan dari abad ke-14 sampai abad ke-17. Meskipun dia menyukai cangkir itu, namun ada sesuatu yang membuatnya ragu.Kaisar Qianlong lantas memanggil salah satu seniman hebatnya untuk memeriksa cangkir itu. Setelah melihat cangkir itu, sang seniman, yang juga bertindak sebagai kurator kaisar, mengatakan bahwa dia memiliki berita baik dan buruk. Berita buruknya, meskipun cangkir ini dibuat menggunakan gaya Ming, tetapi sebenarnya palsu. Berita baiknya, dia mengetahui pembuatnya, yaitu kakeknya sendiri.Kakek sang kurator adalah pemalsu hebat. Dia tidak hanya tahu bagaimana membuat cangkir dari batu giok dengan gaya Ming, tetapi dia juga paham bagaimana membuat cangkir itu terlihat benar-benar kuno.Mengetahui cangkir itu palsu, Kaisar Qianlong sama sekali tidak marah. Sebaliknya, dia malah terkesan dan memuji benda itu. Dia juga menyanjung pembuatnya yang telah melakukan pekerjaan yang sangat mahir seperti itu. “Banyak sekali orang yang membuat benda tiruan, tetapi hanya sedikit yang sebagus karya ini,” kata kaisar. Sang kaisar mengeluhkan orang lain yang bekerja terburu-buru, dan karenanya tidak bisa disebut sebagai seniman.

Sulit dibayangkan pemimpin negara melihat benda tiruan dan memberikan pujian yang berlebihan seperti itu, tetapi itulah yang dilakukan oleh Kaisar Qianlong. Dia bahkan memesan sebuah kotak khusus untuk cangkir itu, yang dia anggap sebagai semacam contoh. Dia menuliskan semacam risalat mengenai seni memalsu di atas kotak itu. Bahasanya mungkin seperti ini: “Inilah contoh benda hasil memalsu yang baik.”Koleksi benda seni Cina dipenuhi dengan benda palsu. Katalog yang diterbitkan oleh rumah lelang terkenal di dunia –Christie’s, Sotheby’s, dan Bonhams– semua memuat pernyataan menolak untuk bertanggung jawab akibat pemalsuan yang sangat marak. Selain itu, untuk benda palsu berkualitas sangat tinggi, tidak ada pernyataan tegas yang dapat diberikan mengenai keaslian dari benda apa pun yang mereka tawarkan.

Menurut Paul, yang lulus perguruan tinggi pada 1992 dengan konsentrasi pada sejarah dan bahasa Cina, budaya memalsu di Cina telah mengakar, dan buktinya juga dapat dilihat dari semakin banyak uang palsu yang beredar di Cina Selatan. Untuk semua produk palsu, ada yang berkualitas tinggi, rendah, dan di antara kedua kualitas tersebut masih ada beberapa kualitas lain. Tapi, untuk uang kertas palsu sangat mirip dengan aslinya.Paul mengalami sendiri berurusan dengan uang palsu. Suatu pagi, setelah keluar dari taksi, dia tanpa sengaja menyerahkan uang kertas 50 renminbi palsu ke sopir taksi, yang dia dapatkan ketika berbelanja sebelumnya. Sopir mengulurkan tangan untuk mengambil uang itu, kemudian menyentuhnya sejenak. Dan dengan tangan yang masih terulur, dia memberi isyarat kepada Paul untuk mengambil kembali uangnya. Dia bahkan tidak melihat uang itu, tapi dia tahu kalau uang itu palsu.Karena memalsu lazim di Cina, rata-rata orang tahu bagaimana mendeteksi benda palsu, seperti secanggih sopir taksi itu. Di pabrik bahkan lebih penting lagi. Para perusahaan yang tidak terlibat dalam pemalsuan produk harus tahu bagaimana mendeteksi produk palsu yang mungkin diproduksi oleh pesaing atau pemasok. Jika seorang pengusaha tidak tahu bagaimana mendeteksi produk palsu, kemungkinan besar akan menerima bahan baku berkualitas rendah.

Persaingan di Cina sangat ketat, dan para pengusaha pabrik yang sangat ahli dalam mendeteksi produk palsulah yang kemungkinan besar dapat bertahan.Kemampuan memalsu produk berkaitan dengan kecepatan. Salah seorang importir mengeluh kepada Paul. Dia mengirimkan sebuah contoh produk ke seorang pemasok di Cina. Sebelum produk itu sampai dengan menggunakan kapal, seorang tenaga penjualan muncul di kantor dengan membawa contoh yang dikirimkan oleh jasa pengiriman kilat. Dalam kasus ini, bukan pabriknya sendiri yang memegang contohnya, tetapi pabrik pesainglah yang telah memegang contoh dan memalsukannya lebih dulu.Kecepatan pabrik Cina dalam memproduksi barang palsu bak pedang bermata dua. Para importir dapat mengandalkan sebuah pabrik untuk mengambil contoh awal, dan memproduksinya dengan kecepatan yang bukan main. Tetapi kemudian, pemalsu bergerak lebih cepat dan dengan keahlian yang lebih hebat.Pemalsuan, seperti yang diketahui oleh sebagian besar orang, termasuk memasang merek di sebuah produk yang diproduksi oleh sebuah pabrik yang tidak berhak memproduksi barang itu untuk perusahaan tertentu. Bentuk pemalsuan yang lain termasuk memproduksi produk merek tertentu yang dilakukan oleh pabrik yang sah, yang kemudian mengambil keuntungan dengan memproduksi lebih banyak barang dalam proses produksi ketiga. Di sebagian kasus ini, pabrik memproduksi produk berkualitas rendah. Sehingga, pemilik merek tidak hanya mengalami kerugian penjualan, tetapi juga berisiko mengalami pengikisan merek di pasar.Dalam kasus yang terburuk –bentuk pemalsuan yang paling berbahaya dan mungkin paling lazim– pabrik mengambil sebuah produk asli dari seorang pelanggan. Kemudian, memproduksi ulang produk itu sehingga telihat sangat mirip dengan aslinya, tetapi sebenarnya itu adalah produk palsu berkualitas rendah. Dan produk itu ada di sekitar kita. Karena harganya murah, ia menggoda untuk dibeli. __Paul Midler / Poorly Made In China

Dinukil dari https://jelajahsejarah.wordpress.com/2016/06/23/budaya-memalsu-di-cina/

No comments:

Post a Comment