Kembali ke Kudus...Wisata Rohani dan Kuliner |
Pagi itu pukul 07.15 saya menuju Kudus dengan kereta Argo Muria yang berangkat dari Gambir.Suhu dingin yang terasa di kereta,terasa kontras kala menginjak Stasiun Tawang Semarang.Udara panas terasa menampar kulit serta debu-debu perbaikan jalan ( mulai dari Terminal Terboyo sampai jalan raya Demak-Kudus yang tak selesai-selesai direhab sejak 2 tahun lalu ),membuat perjalanan yang seharusnya hanya 1 jam terhadang macet hingga hampir 2 jam lebih.
Semarang tak
ubahnya Jakarta jelang bulan Juni ini kembali dilanda air
pasang.Beberapa ruas jalan yang dilintasi tergenang air.Dan pemandangan
mata disepanjang jalan juga disemarakkan oleh spanduk-spanduk besar
kampanye para cagub Jawa Tengah.
Jelang malam
di Kudus bisa dinikmati dengan keliling kota yang tak begitu
luas.Alun-alun Kota Kudus sungguh meriah dengan warga yang menghabiskan
malam mingguannya disana.Warung-warung tenda mulai menggelar
dagangannya di depan toko-toko yang sudah tutup.Itu terlihat di hampir
sepanjang ruas jalan disana,mulai dari Jl.Tanjung,jalanan di sekitar
Pasar Kliwon hingga Jl.Sunan Kudus sekitar Menara/Makam Sunan Kudus
juga Jl.Wahid Hasyim dan sekitarnya yang begitu meriah saat malam
menjelang.Di pertokoan dekat Menara Kudus malah terlihat orang-orang
dengan asyiknya menyeruput kopi sambil duduk lesehan bersantai di
koridor toko.Mana ada di Jakarta suasana begini hangat dan bersahaja
bisa dijumpai?? Orang-orang yang ramah,tak ruwet dengan kemacetan jalan
serta obrolan akrab sederhana di warung-warung yang saya jumpai.
Mau
makan yang murah meriah,hari gini?? Di Kudus-lah tempatnya.Selain Kudus
terkenal dengan Soto Kudusnya ataupun Sate Kerbau,disana juga banyak
ditemukan Angkringan-Nasi Kering ( kering tempe,red ) alias nasi kucing
ataupun nasi teri dengan lauk bermacam-macam pilihan mulai sate
ayam,ceker ayam,sate kerang,hati ampela,telur puyuh atau sekedar
gorengan plus teh manis hanya Rp.8000 sudah makan kenyang,puas pula!
Atau masakan khas pesisir Jawa seperti Soto Kerbau ataupun Pindang
Kerbau plus nasi dan teh manis juga hanya Rp.7000.
Soto
Kerbau mirip dengan Soto Kudus,berkuah bening,ada toge,daun bawang
serta bawang gorengnya.Hanya bedanya Soto Kudus memakai daging
ayam.Mungkin orang-orang yang kurang terbiasa memakan daging kerbau
agak merasa aneh dengan tekstur daging yang lebih kasar,rasa serta
baunya yang lebih menusuk.Bila mencoba Soto ataupun Pindang Kerbau bisa
menambahkan acar timun dan wortel untuk mengurangi bau yang kurang
sedap itu.
Atau mau coba Lentog ( sejenis
tupat sayur ) yang hanya dihargai Rp.2000.Mie ayam ataupun pecel juga
cuma Rp.2500.Kalau begini siapa yang 'sadar' BBM sudah naik? Atau mau
coba Es Gempol? Nama yang agak aneh di telinga saya,yang ternyata mirip
Es Campur di Jakarta tapi bahannya terbuat dari tepung beras dan
dibentuk bulatan sebesar telur puyuh.
Nasi
Pindang Kerbau atau Pindang Ayam yang terkenal enak di Kudus adalah
Nasi Pindang Mapan di Jl.Tanjung.Soto Kerbau yang terkenal maknyus
adalah Soto Kerbau Pak Di di dekat Pasar Kliwon.Dan kalau ingin lesehan
makanlah disekitar Pasar Kliwon.Lentog yang terkenal berada di
Jl.Tanjung Karang,disana akan kita temui jejeran tempat makan lentog
yang berada di tepian persawahan.Tapi harap berhati-hati,masakan disini
banyak santan dan daging yang akan menaikkan kolesterol.Mungkin
sesekali tak apalah,kalau keseringan wahh saya pikir-pikir lagi nih.
Jangan
salah,kalau mengharap makan di tempat yang ala resto atau rumah
makan.Di Kudus tak banyak tempat yang seperti itu,justru warung-warung
tenda yang akan banyak terlihat.Dan jangan salah biar sekelas warung
tapi makanannya maknyus punya.Kuliner khas pesisir lainnya yang juga
banyak dijumpai adalah Nasi Gandul,Mangut Ikan dan Garang Asem.
Satu
hal kenapa Kudus terkenal dengan kuliner dari kerbau? Alkisah sewaktu
Sunan Kudus ingin mengembangkan Islam disana,Kudus ( yang berasal dari
Qudus-Suci,bhs Arab ) dulunya kebanyakan warganya adalah penganut agama
Hindu.Sapi sebagai hewan suci dalam agama Hindu tetap dihargai oleh
Sunan,sehingga tak diperbolehkan memotong sapi di wilayah Kudus dan
sebagai gantinya boleh menjagal kerbau.Sampai hari ini peraturan itu
masih ditaati.Bahkan Menara Kudus yang dibangun Sunanpun bergaya Hindu.
Berbicara
Menara/Mesjid Sunan Kudus tak luput dari daerah Kauman yang bertembok
tinggi,yang berada disekitar kompleks mesjid.Dulu mereka-orang Kauman
sangat menjaga putri-putri mereka dari pergaulan diluar sana,sehingga
pada acara Dandangan jelang Ramadhan,mereka baru berkesempatan keluar
rumah dan mencari jodoh.
Selain menyinggahi
Mesjid dan Makam Sunan Kudus,agak keatas menuju daerah Gunung Muria /
Colo yang sejuk bisa pula menyambangi Makam Sunan Muria.Walau agak
terjal menjelajahi perbukitan,mobil atau motor yang kita naiki bisa
kita tinggal di parkiran bawah dan para tukang ojek yang banyak siap
mengantar dengan Rp.14.000 p.p.Disana selain berziarah bisa pula mampir
membeli buah Parijoto yang kabarnya ditanam Sunan Muria.Alkisah bila
sedang hamil memakan buah ini,bayi yang dikandung akan 'cute'.Selain
itu bisa pula mencicipi sejenis ubi bernama Jangklong yang konon hanya
tumbuh di Gunung Muria.Bila kita melihat sekilas,buah ini mirip sekali
dengan lengkuas dan rasanya agak sedikit kecut.Atau sebelum sampai ke
Kudus bisa pula menyinggahi Makam Sunan Kalijaga di Demak.Ini menjadi
napak tilas bagaimana perjuangan para Wali Songo menyebarkan agama
Islam.
Berjalan-jalan di Kudus,mata saya sempat
kaget dengan satu bangunan tua yang telah direhab menjadi Factory
Outlet.Inilah satu-satunya FO di Kota Kudus,yang berada di
Jl.A.Yani.Namanya Omah Mode yang baru beberapa bulan ini dibuka dan
kabarnya kepunyaan kerabat PT.Djarum Kudus.Ternyata dulunya bangunan
tua ini adalah tempat susu perah.Ornamen seperti lantai,jendela dan
pintu terlihat masih dijaga keasliannya dan bila ingin mencoba
menikmati susu perahnya bisa datang ke counternya yang dibangun di sisi
belakang rumah.Tertulis disana susu perah OIB sejak tahun
1925.Sedangkan rumahnya sendiri di depan tertulis tahun 1836.Sungguh
bangunan tua yang keren...coba ya bangunan-bangunan tua di daerah lain
dijaga keasliannya dan dimanfaatkan seperti ini.
Menyusuri
Kudus di beberapa tempat akan tercium aroma tembakau yang berasal dari
pabrik-pabrik rokok,mulai pabrik kecil sampai kakap sekelas
PT.Djarum.Pada sisi lain terhampar kebun tebu yang luas,karena disana
juga terdapat pabrik gula.Dan tak heran bila pagi datang ramailah para
buruh-buruh mengayuh sepeda menuju pabrik.Terkenalnya Kudus sebagai
kota penghasil rokok alias Kota Kretek,bila berminat bisa mampir
melihat sejarah tentang rokok di Kudus mulai dari jaman dulu hingga
hari ini di Museum Rokok.Dan disana kita bisa pula melihat Rumah Adat
Kudus dengan ukiran cantiknya.
Dari kota kecil
ini tak hanya terkenal dengan rokok ataupun jenangnya.Siapa nyana kalau
di kota ini terdapat pabrik pencetak kertas uang berbagai negara yang
telah dibukukan MURI.Kota yang tak macet walau agak panas tapi tenang
untuk menentramkan bathin...saya akan kembali lagi...( lha
iyalah,kampung misua geto,hehe...)