Monday, 19 November 2012

Kembali ke Kudus





Pagi itu pukul 07.15 saya menuju Kudus dengan kereta Argo Muria yang berangkat dari Gambir.Suhu dingin yang terasa di kereta,terasa kontras kala menginjak Stasiun Tawang Semarang.Udara panas terasa menampar kulit serta debu-debu perbaikan jalan ( mulai dari Terminal Terboyo sampai jalan raya Demak-Kudus yang tak selesai-selesai direhab sejak 2 tahun lalu ),membuat perjalanan yang seharusnya hanya 1 jam terhadang macet hingga hampir 2 jam lebih.
Semarang tak ubahnya Jakarta jelang bulan Juni ini kembali dilanda air pasang.Beberapa ruas jalan yang dilintasi tergenang air.Dan pemandangan mata disepanjang jalan juga disemarakkan oleh spanduk-spanduk besar kampanye para cagub Jawa Tengah.
Jelang malam di Kudus bisa dinikmati dengan keliling kota yang tak begitu luas.Alun-alun Kota Kudus sungguh meriah dengan warga yang menghabiskan malam mingguannya disana.Warung-warung tenda mulai menggelar dagangannya di depan toko-toko yang sudah tutup.Itu terlihat di hampir sepanjang ruas jalan disana,mulai dari Jl.Tanjung,jalanan di sekitar Pasar Kliwon hingga Jl.Sunan Kudus sekitar Menara/Makam Sunan Kudus juga Jl.Wahid Hasyim dan sekitarnya yang begitu meriah saat malam menjelang.Di pertokoan dekat Menara Kudus malah terlihat orang-orang dengan asyiknya menyeruput kopi sambil duduk lesehan bersantai di koridor toko.Mana ada di Jakarta suasana begini hangat dan bersahaja bisa dijumpai?? Orang-orang yang ramah,tak ruwet dengan kemacetan jalan serta obrolan akrab sederhana di warung-warung yang saya jumpai.
Mau makan yang murah meriah,hari gini?? Di Kudus-lah tempatnya.Selain Kudus terkenal dengan Soto Kudusnya ataupun Sate Kerbau,disana juga banyak ditemukan Angkringan-Nasi Kering ( kering tempe,red ) alias nasi kucing ataupun nasi teri dengan lauk bermacam-macam pilihan mulai sate ayam,ceker ayam,sate kerang,hati ampela,telur puyuh atau sekedar gorengan plus teh manis hanya Rp.8000 sudah makan kenyang,puas pula! Atau masakan khas pesisir Jawa seperti Soto Kerbau ataupun Pindang Kerbau plus nasi dan teh manis juga hanya Rp.7000.
Soto Kerbau mirip dengan Soto Kudus,berkuah bening,ada toge,daun bawang serta bawang gorengnya.Hanya bedanya Soto Kudus memakai daging ayam.Mungkin orang-orang yang kurang terbiasa memakan daging kerbau agak merasa aneh dengan tekstur daging yang lebih kasar,rasa serta baunya yang lebih menusuk.Bila mencoba Soto ataupun Pindang Kerbau bisa menambahkan acar timun dan wortel untuk mengurangi bau yang kurang sedap itu.
Atau mau coba Lentog ( sejenis tupat sayur ) yang hanya dihargai Rp.2000.Mie ayam ataupun pecel juga cuma Rp.2500.Kalau begini siapa yang 'sadar' BBM sudah naik? Atau mau coba Es Gempol? Nama yang agak aneh di telinga saya,yang ternyata mirip Es Campur di Jakarta tapi bahannya terbuat dari tepung beras dan dibentuk bulatan sebesar telur puyuh.
Nasi Pindang Kerbau atau Pindang Ayam yang terkenal enak di Kudus adalah Nasi Pindang Mapan di Jl.Tanjung.Soto Kerbau yang terkenal maknyus adalah Soto Kerbau Pak Di di dekat Pasar Kliwon.Dan kalau ingin lesehan makanlah disekitar Pasar Kliwon.Lentog yang terkenal berada di Jl.Tanjung Karang,disana akan kita temui jejeran tempat makan lentog yang berada di tepian persawahan.Tapi harap berhati-hati,masakan disini banyak santan dan daging yang akan menaikkan kolesterol.Mungkin sesekali tak apalah,kalau keseringan wahh saya pikir-pikir lagi nih.
Jangan salah,kalau mengharap makan di tempat yang ala resto atau rumah makan.Di Kudus tak banyak tempat yang seperti itu,justru warung-warung tenda yang akan banyak terlihat.Dan jangan salah biar sekelas warung tapi makanannya maknyus punya.Kuliner khas pesisir lainnya yang juga banyak dijumpai adalah Nasi Gandul,Mangut Ikan dan Garang Asem.
Satu hal kenapa Kudus terkenal dengan kuliner dari kerbau? Alkisah sewaktu Sunan Kudus ingin mengembangkan Islam disana,Kudus ( yang berasal dari Qudus-Suci,bhs Arab ) dulunya kebanyakan warganya adalah penganut agama Hindu.Sapi sebagai hewan suci dalam agama Hindu tetap dihargai oleh Sunan,sehingga tak diperbolehkan memotong sapi di wilayah Kudus dan sebagai gantinya boleh menjagal kerbau.Sampai hari ini peraturan itu masih ditaati.Bahkan Menara Kudus yang dibangun Sunanpun bergaya Hindu.
Berbicara Menara/Mesjid Sunan Kudus tak luput dari daerah Kauman yang bertembok tinggi,yang berada disekitar kompleks mesjid.Dulu mereka-orang Kauman sangat menjaga putri-putri mereka dari pergaulan diluar sana,sehingga pada acara Dandangan jelang Ramadhan,mereka baru berkesempatan keluar rumah dan mencari jodoh.
Selain menyinggahi Mesjid dan Makam Sunan Kudus,agak keatas menuju daerah Gunung Muria / Colo yang sejuk bisa pula menyambangi Makam Sunan Muria.Walau agak terjal menjelajahi perbukitan,mobil atau motor yang kita naiki bisa kita tinggal di parkiran bawah dan para tukang ojek yang banyak  siap mengantar dengan Rp.14.000 p.p.Disana selain berziarah bisa pula mampir membeli buah Parijoto yang kabarnya ditanam Sunan Muria.Alkisah bila sedang hamil memakan buah ini,bayi yang dikandung akan 'cute'.Selain itu bisa pula mencicipi sejenis ubi bernama Jangklong yang konon hanya tumbuh di Gunung Muria.Bila kita melihat sekilas,buah ini mirip sekali dengan lengkuas dan rasanya agak sedikit kecut.Atau sebelum sampai ke Kudus bisa pula menyinggahi Makam Sunan Kalijaga di Demak.Ini menjadi napak tilas bagaimana perjuangan para Wali Songo menyebarkan agama Islam.
Berjalan-jalan di Kudus,mata saya sempat kaget dengan satu bangunan tua yang telah direhab menjadi Factory Outlet.Inilah satu-satunya FO di Kota Kudus,yang berada di Jl.A.Yani.Namanya Omah Mode yang baru beberapa bulan ini dibuka dan kabarnya kepunyaan kerabat PT.Djarum Kudus.Ternyata dulunya bangunan tua ini adalah tempat susu perah.Ornamen seperti lantai,jendela dan pintu terlihat masih dijaga keasliannya dan bila ingin mencoba menikmati susu perahnya bisa datang ke counternya yang dibangun di sisi belakang rumah.Tertulis disana susu perah OIB sejak tahun 1925.Sedangkan rumahnya sendiri di depan tertulis tahun 1836.Sungguh bangunan tua yang keren...coba ya bangunan-bangunan tua di daerah lain dijaga keasliannya dan dimanfaatkan seperti ini.
Menyusuri Kudus di beberapa tempat akan tercium aroma tembakau yang berasal dari pabrik-pabrik rokok,mulai pabrik kecil sampai kakap sekelas PT.Djarum.Pada sisi lain terhampar kebun tebu yang luas,karena disana juga terdapat pabrik gula.Dan tak heran bila pagi datang ramailah para buruh-buruh mengayuh sepeda menuju pabrik.Terkenalnya Kudus sebagai kota penghasil rokok alias Kota Kretek,bila berminat bisa mampir melihat sejarah tentang rokok di Kudus mulai dari jaman dulu hingga hari ini di Museum Rokok.Dan disana kita bisa pula melihat Rumah Adat Kudus dengan ukiran cantiknya.
Dari kota kecil ini tak hanya terkenal dengan rokok ataupun jenangnya.Siapa nyana kalau di kota ini terdapat pabrik pencetak kertas uang berbagai negara yang telah dibukukan MURI.Kota yang tak macet walau agak panas tapi tenang untuk menentramkan bathin...saya akan kembali lagi...( lha iyalah,kampung misua geto,hehe...)

No comments:

Post a Comment