Ketika Wijayakusuma itu Berbunga | for everyone |
Wijayakusuma itu saya tanam di pot dipekarangan rumah.Bunga ini saya dapatkan sekitar 6 tahun yang lalu dari keluarga mertua di Kudus.Setelah menunggu 6 tahun,baru bulan Juni 2008 lalu berbunga dan harus bersabar sampai tengah malam menanti bunganya mekar.Wanginya semerbak dan konon kabarnya apabila Wijayakusuma itu mekar,pemilik rumah akan mendapat peruntungan.Ya iyalah dapat rezeki,saya saja harus bersabar menunggu sampai 6 tahun baru bunganya mekar,mekarnya di tengah malam pula dan akan layu di pagi hari.
Tapi banyak kisah dibalik tanaman ini,karena bunga ini identik dengan raja-raja Jawa sehingga banyak kesan mistis yang timbul menyertainya.Padahal Wijayakusuma adalah sejenis kaktus yang bernama latin Epiphyllum Anguliger.Berbeda dengan kaktus,dedaunannya tak berduri.Dan berbeda pula dengan tanaman lain karena bunganya yang hanya beberapa jam saja mekarnya.
Alkisah ketika Raja Prabu Aji Pramosa mengejar Resi Kano yang telah membuat Raja murka dan kabur dari istana lalu bersembunyi di Cilacap.Sang Raja dari Kediri ini akhirnya bisa membunuh Resi.Tapi tiba-tiba dari tengah laut di Pantai Telur Penyu muncullah seekor naga besar yang ternyata adalah jelmaan seorang putri cantik yang bernama Dewi Wasowati.Sang Putri ayu menghampiri Aji Pramosa sembari mengucapkan terima kasih karena berkat panahnya ia bisa menjelma kembali menjadi manusia. Sebagai rasa terima kasih, putri cantik tadi menghaturkan bunga Wijayakusuma kepada sang Aji Pramosa. Sang putri mengatakan “kembang Wijayakusuma tidak mungkin bisa diperoleh dari alam biasa, barang siapa memiliki kembang itu bakal menurunkan raja-raja yang berkuasa di tanah Jawa”.
Selanjutnya ia berpesan, kelak pulau ini akan bernama Nusa Kembangan. Nusa artinya pulau dan Kembangan artinya bunga. Seiring pergantian jaman, nama Nusa Kembangan akhirnya berubah menjadi Nusakambangan. Prabu Aji Pramosa sangat girang hatinya menerima hadiah kembang itu, kemudian dengan tergesa-gesa ia mengayuh dayungnya untuk kembali menuju daratan Cilacap, tetapi karena terlalu gugup dan kurang hati-hati, kembang itu jatuh ke laut dan hilang tergulung ombak, dengan sangat menyesal sang Aji Pramosa pulang tanpa membawa kembang. Beberapa lama setelah sang Prabu berada di kerajaan, terbetik berita bahwa di pulau karang dekat Nusakambangan tumbuh sebuah pohon aneh dan ajaib, beliau pun ingin menyaksikan pohon aneh yang tidak berbuah itu dan ternyata benar bahwa pohon itu tidak lain adalah Cangkok Wijayakusuma yang ia terima dari Dewi Wasowati. Melihat pohon itu, sang Aji Pramosa teringat akan kata-kata Dewi Wasowati bahwa siapa yang memperoleh kembang Wijayakusuma akan menurunkan raja-raja di tanah Jawa.
Kisah terjadinya kembang Wijayakusuma pada jaman Prabu Aji Pramosa dari Kediri itu setelah bertahun-tahun menimbulkan kepercayaan bagi raja-raja di Surakarta dan Yogyakarta. Menurut cerita, setiap ada penobatan raja baik Susuhunan di Surakarta maupun Kesultanan di Yogyakarta mengirim utusan 40 orang ke Nusakambangan untuk memetik kembang Wijayakusuma. Sebelum melakukan tugas pemetikan, para utusan itu melakukan ziarah ke makam-makam tokoh leluhur di sekitar Nusakambangan.
Begitu juga yang dilakukan pada masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono XI, yaitu saat Sunan Pakubuwono XI baru “jumenengan” (dinobatkan sebagai raja). Bahkan adat leluhur ini konon sudah dilakukan jauh sebelum itu. Menurut Babad Tanah Jawi, Adipati Anom, Sunan Amangkurat II pernah mengirim utusan untuk memetik kembang Wijayakusuma, yaitu setelah ia menobatkan dirinya sebagai raja Mataram menggantikan ayahandanya.
Ritual raja-raja Jawa terhadap 'keagungan' bunga Wijayakusuma tak berhenti sampai disana saja,cara memetik bunga Wijayakusuma tidak dengan tangan tetapi dengan cara gaib melalui samadi. Sebelumnya para utusan raja melakukan upacara “melabuh" (sedekah laut) di tengah laut dekat pulau Karang Bandung. Sebelum dipetik, pohon itu dibalut terlebih dahulu dengan cinde sampai ke atas. Dengan berpakaian serba putih utusan itu bersamadi di bawahnya, jika memang samadinya terkabul, kembang Wijayakusuma akan mekar dan mengeluarkan bau harum. Kemudian bunga itu jatuh dengan sendirinya ke dalam kendaga yang sudah dipersiapkan. Selanjutnya kembang tersebut dibawa para utusan ke Kraton untuk dihaturkan ke Sri Susuhunan / Sri Sultan. Penyerahan itu pun dilakukan dengan upacara tertentu, konon kembang itu dibuat sebagai rujak dan disantap raja yang hendak dinobatkan, dengan demikian raja dianggap syah dan dapat mewariskan tahta kerajaan kepada anak cucu serta keturunannya.
Bagi saya Wijayakusuma sekedar bunga yang bukan untuk dikultuskan.Ditanam sebagai penghias taman dan apapun kesan mistis yang mewarnainya bagi saya adalah kisah-kisah yang patut dikenang dalam sejarah kerajaan Indonesia.Karena kita hidup tak lepas dari sejarah masa lalu.Kan saya tunggu kapan ia berbunga lagi...
Depok,09 Nov'08
No comments:
Post a Comment