Monday, 19 November 2012

Menyusuri Pulau Tidung

Sudah lama tak menikmati liburan ke laut,weekend awal November 2010 akhirnya saya lewati juga ke Kepulauan Seribu.Banyak keraguan juga menikmati laut akhir-akhir ini,karena cuaca yang tak bersahabat dan banyaknya bencana yang menimpa negeri ini.Tapi akhirnya pupus sudah keraguan itu saat menikmati pulau Tidung salah satu keindahan lain di ujung Jakarta…

Banyak yang mengatakan Tidung adalah Maladewanya Indonesia.Berpenduduk sekitar 4000 jiwa,paling banyak diantara pulau-pulau di gugusan Kepulauan Seribu. Pulau Tidung yang belakangan disebut oleh para backpacker dan komunitas back packer Indonesia sebagai New Paradise merupakan pulau terbesar diantara gugusan pulau di Kepulauan Seribu. Pulau ini sudah didiami penduduk sejak zaman penjajah Belanda. Dalam buku Sejarah Djakarta, disebutkan bahwa ketika Fatahillah menyerbu Malaka, beliau dan pasukannya memanfaatkan pulau-pulau yang ada di Teluk Jakarta sebagai tempat mengatur strategi. Salah satu pulau itu diberi nama Pulau Tidung, artinya pulau tempat berlindung.**TempoInteraktif.com**





Rasa penasaran dengan hebohnya pulau yang naik pamor akhir-akhir ini,akhirnya menyulutkan semangat saya  mendaratkan kaki disana.Sabtu subuh tanggal 6 November 2010,pk.04.30 dengan taksi saya dan Inel dari Depok menuju Muara Angke-Jakarta Utara. Melewati pusat pelelangan ikan,bau amis tercium menyengat.Air pasang masih menggenangi dermaga Angke.Tak begitu banyak memang yang akan mengunjungi pulau akhir pekan
ini.Akhirnya pk.06.45 kapal kayu berbahan bakar solar itupun membelah laut menuju Pulau Tidung.Kamipun melewati Pulau Bidadari,Untung Jawa dan Onrust.Cuaca sangat bersahabat pagi ini
Hampir 2 jam lebih terombang ambing di lautan akhirnya kami mendarat juga di Pulau Tidung. Dari dermaga saja sudah terlihat indahnya air yang membiru. Kamipun ke penginapan yang tak begitu jauh dari dermaga Tidung.Sebuah rumah bersih berkamar 3 ber AC,dilengkapi dengan
tv,perangkat vcd dan dispenser. Sepanjang jalan rumah-rumah didekat dermaga telah menjadi homestay.Inilah salah satu sumber pendapatan penduduk Tidung selain menyewakan alat selam,sepeda serta berdagang makanan untuk wisatawan.

Tak dinyana,kami berempat sempat mual akibat mabuk laut.Makan sebelum snorkling terasa menyiksa. Walau terpaksa dilakukan karena perut harus diganjal biar tak makin kedinginan nyebur di laut.Bersama rombongan Mba Dewi Yanthi Razalie,kami menaiki kapal kecil menyusuri Tidung dan akhirnya sampai pada satu titik tak jauh dari Jembatan Cinta. Terus terang menyelam adalah suatu hal baru bagi saya,tapi rasa penasaran dengan alam bawah laut yang indah,sayapun memberanikan diri.Ternyata wooow indahnya,Subhanallah ciptaanMu Ya Allah.Bawah laut yang selama ini hanya saya lihat di tv,sekarang nampak didepan mata.Tanpa menyelampun sudah terlihat keindahannya,karena
begitu bening airnya.Menyelam kali ini hanya 2 titik,satu titik lagi agak dalam airnya dan saya mulai kelelahan ditambah hari telah menjelang sore.Akhirnya kami balik ke penginapan,bersih-bersih dan menyewa sepeda mengejar mentari terbenam.

Menyusuri jalanan berpaving block pantai Tidung dengan sepeda sore itu, sisi pantai yang berpasir putih  terlihat kumuh dengan sampah.Andai pemda setempat punya kebijakan membenahi sisi-sisi pantai yang bersampah itu,pasti Tidung akan terlihat makin cantik.Mentari mulai tergelincir dan waktunya narsis berfoto ria dan menikmati lembayung senja di Jembatan Cinta,romantis abizz…Jembatan Cinta yang menghubungkan Pulau Tidung Besar ( tempat kami menginap ) dan Pulau Tidung Kecil seakan membelah laut yang bening.Dari atas jembatan terlihat ikan nemo menari-nari,Jelang senja juga dihibur dengan para pengunjung yang terjun bebas dari atas jembatan,jd tontonan menarik melihat orang-orang yang mengadu nyalinya.

Malam di Tidung begitu seru,ketika Mba Yanthi mengajak kami berkumpul bersama rombongannya,barbeque ikan laut dan udang yang nikmat serta melepas tawa bercengkrama bersama, begitu akrab seakan telah kenal lama.Akhirnya rasa kantuk tak tertahankan,kami beranjak ke penginapan walau di penginapan kamipun tak langsung tertidur karena berlanjut saling curhat dadakan.Ahhhaaay…

Subuh di hari Minggu,dingin masih terasa dikulit.Namun niat mengejar sunrise di Jembatan Cinta begitu bergelora.Gowes sepeda lagi menyusuri sisi pantai ternyata cuaca tak mendukung,kabut dan mendung menutupi mentari.Petir mulai bergelegar dan gerimis datang,Tapi kami sempat juga menyusuri jembatan hingga ke Tidung Kecil yang tak berpenghuni.Banyak juga pengunjung yang menikmati sisa-sisa hari dengan ber Banana Boat.

Setelah makan pagi merangkap makan siang,kami bersiap balik ke Jakarta.Kapal berangkat pk.!2.00 siang dari Dermaga Tidung,Sepertinya ombak agak besar,belum setengah jalan pusing menyerang.Kembali mabuk laut.Sampai Pelabuhan Angke lebih lama hampir 3 jam akhirnya kapal merapat juga.Namun keletihan saya terbayar sudah dengan pemandangan indah Tidung, yang menyimpan potensi pariwisata murah meriah.

Depok,08 November 2010

Catatan bila ingin ke P.Tidung :
Kapal dari/ke Muara Angke p.p  Rp.66.000
Penginapan murah meriah.satu rumah berkisar Rp.150.000 ( non AC ) dan AC Rp.200.000 bisa untuk berenam orang
Sewa alat selam Rp.35.000 dan sewa kapal untuk snorkling patungan berempat Rp,100,000 ( ini karena ikut rombongan lain,bila sewa kapal sendiri sepertinya lebih mahal )
Sewa sepeda 2 hari Rp.15.000
Harga makanan sama dengan di Jakarta.Sekali makan sekitar Rp.10.000 – Rp.15.000
Sewa banana boat Rp.35.000
Sinyal handphone yang kuat disini hanya Indosat…

No comments:

Post a Comment