Sudah lama tak menikmati liburan ke laut,weekend awal November 2010
akhirnya saya lewati juga ke Kepulauan Seribu.Banyak keraguan juga
menikmati laut akhir-akhir ini,karena cuaca yang tak bersahabat dan
banyaknya bencana yang menimpa negeri ini.Tapi akhirnya pupus sudah
keraguan itu saat menikmati pulau Tidung salah satu keindahan lain di
ujung Jakarta…
Banyak yang mengatakan Tidung
adalah Maladewanya Indonesia.Berpenduduk sekitar 4000 jiwa,paling
banyak diantara pulau-pulau di gugusan Kepulauan Seribu. Pulau Tidung
yang belakangan disebut oleh para backpacker dan komunitas back packer
Indonesia sebagai New Paradise merupakan pulau terbesar diantara
gugusan pulau di Kepulauan Seribu. Pulau ini sudah didiami penduduk
sejak zaman penjajah Belanda. Dalam buku Sejarah Djakarta, disebutkan
bahwa ketika Fatahillah menyerbu Malaka, beliau dan pasukannya
memanfaatkan pulau-pulau yang ada di Teluk Jakarta sebagai tempat
mengatur strategi. Salah satu pulau itu diberi nama Pulau Tidung,
artinya pulau tempat berlindung.**TempoInteraktif.com**
Rasa
penasaran dengan hebohnya pulau yang naik pamor akhir-akhir
ini,akhirnya menyulutkan semangat saya mendaratkan kaki disana.Sabtu
subuh tanggal 6 November 2010,pk.04.30 dengan taksi saya dan Inel dari
Depok menuju Muara Angke-Jakarta Utara. Melewati pusat pelelangan
ikan,bau amis tercium menyengat.Air pasang masih menggenangi dermaga
Angke.Tak begitu banyak memang yang akan mengunjungi pulau akhir pekan
ini.Akhirnya
pk.06.45 kapal kayu berbahan bakar solar itupun membelah laut menuju
Pulau Tidung.Kamipun melewati Pulau Bidadari,Untung Jawa dan
Onrust.Cuaca sangat bersahabat pagi ini
Hampir 2 jam lebih
terombang ambing di lautan akhirnya kami mendarat juga di Pulau Tidung.
Dari dermaga saja sudah terlihat indahnya air yang membiru. Kamipun ke
penginapan yang tak begitu jauh dari dermaga Tidung.Sebuah rumah bersih
berkamar 3 ber AC,dilengkapi dengan
tv,perangkat vcd dan
dispenser. Sepanjang jalan rumah-rumah didekat dermaga telah menjadi
homestay.Inilah salah satu sumber pendapatan penduduk Tidung selain
menyewakan alat selam,sepeda serta berdagang makanan untuk wisatawan.
Tak
dinyana,kami berempat sempat mual akibat mabuk laut.Makan sebelum
snorkling terasa menyiksa. Walau terpaksa dilakukan karena perut harus
diganjal biar tak makin kedinginan nyebur di laut.Bersama rombongan Mba
Dewi Yanthi Razalie,kami menaiki kapal kecil menyusuri Tidung dan
akhirnya sampai pada satu titik tak jauh dari Jembatan Cinta. Terus
terang menyelam adalah suatu hal baru bagi saya,tapi rasa penasaran
dengan alam bawah laut yang indah,sayapun memberanikan diri.Ternyata
wooow indahnya,Subhanallah ciptaanMu Ya Allah.Bawah laut yang selama
ini hanya saya lihat di tv,sekarang nampak didepan mata.Tanpa
menyelampun sudah terlihat keindahannya,karena
begitu
bening airnya.Menyelam kali ini hanya 2 titik,satu titik lagi agak
dalam airnya dan saya mulai kelelahan ditambah hari telah menjelang
sore.Akhirnya kami balik ke penginapan,bersih-bersih dan menyewa sepeda
mengejar mentari terbenam.
Menyusuri jalanan berpaving
block pantai Tidung dengan sepeda sore itu, sisi pantai yang berpasir
putih terlihat kumuh dengan sampah.Andai pemda setempat punya
kebijakan membenahi sisi-sisi pantai yang bersampah itu,pasti Tidung
akan terlihat makin cantik.Mentari mulai tergelincir dan waktunya
narsis berfoto ria dan menikmati lembayung senja di Jembatan
Cinta,romantis abizz…Jembatan Cinta yang menghubungkan Pulau Tidung
Besar ( tempat kami menginap ) dan Pulau Tidung Kecil seakan membelah
laut yang bening.Dari atas jembatan terlihat ikan nemo
menari-nari,Jelang senja juga dihibur dengan para pengunjung yang
terjun bebas dari atas jembatan,jd tontonan menarik melihat orang-orang
yang mengadu nyalinya.
Malam di Tidung begitu seru,ketika
Mba Yanthi mengajak kami berkumpul bersama rombongannya,barbeque ikan
laut dan udang yang nikmat serta melepas tawa bercengkrama bersama,
begitu akrab seakan telah kenal lama.Akhirnya rasa kantuk tak
tertahankan,kami beranjak ke penginapan walau di penginapan kamipun tak
langsung tertidur karena berlanjut saling curhat dadakan.Ahhhaaay…
Subuh
di hari Minggu,dingin masih terasa dikulit.Namun niat mengejar sunrise
di Jembatan Cinta begitu bergelora.Gowes sepeda lagi menyusuri sisi
pantai ternyata cuaca tak mendukung,kabut dan mendung menutupi
mentari.Petir mulai bergelegar dan gerimis datang,Tapi kami sempat juga
menyusuri jembatan hingga ke Tidung Kecil yang tak berpenghuni.Banyak
juga pengunjung yang menikmati sisa-sisa hari dengan ber Banana Boat.
Setelah
makan pagi merangkap makan siang,kami bersiap balik ke Jakarta.Kapal
berangkat pk.!2.00 siang dari Dermaga Tidung,Sepertinya ombak agak
besar,belum setengah jalan pusing menyerang.Kembali mabuk laut.Sampai
Pelabuhan Angke lebih lama hampir 3 jam akhirnya kapal merapat
juga.Namun keletihan saya terbayar sudah dengan pemandangan indah
Tidung, yang menyimpan potensi pariwisata murah meriah.
Depok,08 November 2010
Catatan bila ingin ke P.Tidung :
Kapal dari/ke Muara Angke p.p Rp.66.000
Penginapan murah meriah.satu rumah berkisar Rp.150.000 ( non AC ) dan AC Rp.200.000 bisa untuk berenam orang
Sewa
alat selam Rp.35.000 dan sewa kapal untuk snorkling patungan berempat
Rp,100,000 ( ini karena ikut rombongan lain,bila sewa kapal sendiri
sepertinya lebih mahal )
Sewa sepeda 2 hari Rp.15.000
Harga makanan sama dengan di Jakarta.Sekali makan sekitar Rp.10.000 – Rp.15.000
Sewa banana boat Rp.35.000
Sinyal handphone yang kuat disini hanya Indosat…
No comments:
Post a Comment