Thursday 1 January 2015

Amsterdam Dari Museum,Resto,Gay Sampai Red Light District







Mendarat di bandara Schiphol-Amsterdam setelah 12 jam di pesawat dan sempat transit hampir 3 jam di bandara Kuala Lumpur memang perjalanan yang sangat melelahkan.Apalagi saya langsung disambut suhu 4 derajat celcius.Untungnya jas tebal serta perlengkapan musim dingin yang saya bawa sangat mendukung.Sehingga dinginnya udara terasa lebih berkurang.

Bandara Schiphol tidak seluas bandara Soekarno-Hatta.Tapi arsitektur bandara dan kecanggihan fasilitasnya memang jauh lebih hebat.Bandara tidak hanya sebagai tempat keluar masuk penumpang.Tapi dibuat sedemikian rupa sehingga penumpang betah berada di sana.Penumpang bisa melihat-lihat butik-butik perancang terkenal,toko cenderamata,kosmetik bermerek serta resto-resto yang menyenangkan di Schiphol Plaza.Bahkan kita bisa menjumpai Rijksmuseum Amsterdam Schiphol.


Sex Museum
Ketika saya tiba di Amsterdam,waktu masih menunjukkan pk.06.30 pagi.Tapi karena pengaruh musim dingin saat Januari ini,keadaan masih gelap bak subuh di Indonesia.Musim dingin seperti sekarang,siang terasa lebih singkat dan malam terasa lebih panjang.Perbedaan waktu 6 jam antara Amsterdam – Indonesia,membuat saya harus memutar mundur jarum jam tangan saya.


Amsterdam selain kondang dengan bunga tulipnya,beken pula sebagai kota aneka museum.Mungkin karena orang-orang disana sangat maniak museum,berbagai museum bertebaran di sana.Tapi ada tiga museum wajib dikunjungi bagi penikmat seni yaitu the Rijksmuseum, the Stedelijk (modern art) dan the Van Gogh yang berada di sekitar the Museumplein.Rijksmuseum,adalah museum terbesar yang memuat lukisan dari abad ke-17 karya Rembrandt, Vermeer and Van Hals. The Nightwatch masterpiece karya Rembrandt berada di museum ini.Tapi untuk masuk ke berbagai museum ini kita merogoh kocek agak dalam  (  untuk ukuran rupiah ).Setidaknya sekitar 9 Euro atau Rp.100.000,- lebih.


Selain tiga museum tersebut,ada pula Rembrandt's House.Ini adalah rumah sang pelukis Rembrandt.Amsterdam Historical Museum,Maritime Museum,Anne Frank House ataupun Museum lilin Madame Tussauds, bisa jadi pilihan lain kunjungan wisata.


Jarak dari hotel tempat saya menginap menuju pusat kota dengan menggunakan kereta memakan waktu lebih kurang 30 menit.Pemandangan di jalanan dan di stasiun kala musim dingin makin bergelora dihiasi  oleh para abg  yang sedang kasmaran dan saling berciuman hangat.Dan sayangnya pula,saya datang ketika musim dingin.Sehingga saya tidak bisa menikmati indahnya tulip yang bermekaran.


Soal makanan,Amsterdam juga gudangnya berbagai makanan dan masakan manca negara.Mulai dari Indonesia,Cina,Jepang,Meksiko dan lain-lain.Tapi memang untuk urusan makanpun kocek harus dirogoh dalam-dalam.Untuk menu sederhana saja harus merogoh sampai 20 Euro.Atau sedikit berhemat,dengan setangkup sandwich,kentang goreng  plus air mineral 'hanya' membayar 10 Euro.Untuk sekedar mencoba panekuknya yang sangat terkenal itu juga bolehlah.


Tapi yang membuat saya tertarik adalah Royal Palace,karena bentuk istananya yang sama sekali tidak mirip istana seorang ratu.Sebenarnya Jacob van Campen merancang gedung ini sebagai City Hall.Tapi sejak tahun 1808,ketika saudara Napoleon yang bernama Louis Bonaparte menduduki Belanda,dia menunjuk gedung tersebut untuk kegiatan kerajaan.


Menikmati Amsterdam memang lebih hemat dan murah meriah dengan menggunakan trem,yang menyusuri semua tujuan di kota ini.Kalau ingin menikmati kanal-kanal di Amsterdam,bisa pula menyusurinya dengan canal cruise walau harus membayar sedikit mahal.


Melewati Kalverstraat,Nieuwendijk,Rokin serta Leidsestraat yang berada di antara the Leidseplein dan Spui adalah merupakan pusat belanja yang asyik.Mulai toko cenderamata sampai butik-butik terkenal ada di sana.Dan bisa pula sedikit cuci mata di Magna Plaza yang terdapat di dekat Royal Palace.Walau hujan mengguyur kota,tidak menyurutkan langkah kaki saya untuk terus menyusuri sudut-sudut pertokoan dan sisi kota.Jalanan sedikit lengang saat itu karena udara memang sangat tidak bersahabat.Hanya sedikit orang terlihat lalu lalang atau menaiki sepeda 'kuno' ( yang menjadi salah satu andalan alat transportasi di kota ini ) di sekitar Dam Square.


Melewati tiap sisi Amsterdam,membuat diri saya tercenung.Kapan Indonesia ( khususnya Jakarta ) akan memiliki tata ruang yang indah dan nyaman seperti ini.Bangunan tua di sana sangat dilestarikan.Bahkan menjadi obyek wisata yang selalu ramai didatangi.Jalanan yang tertib,pejalan kaki,trem,pengendara mobil dan sepeda mempunyai jalur khusus.Lalu pikiran saya melayang ke Jakarta,tentang transportasi yang buruk,sungai-sungai yang airnya hitam dan banyak sampah.Kapan pula negeri ini menikmati kereta dan bis kota yang nyaman,tidak berdesakan dan tidak bau? Dan kapan pula sungai seperti Ciliwung bebas sampah?


Untuk urusan esek-esek,Amsterdam memang salah satu pusatnya.Mulai dari klub para gay sampai ‘ red light district ‘ yang dilegalkan pemerintah.Melalui majalah yang saya baca di hotel,red light district juga menyajikan menu 'strippers' di Theatre Casa Rosso dan 'beautiful topless ladies' di The Bananenbar.Dan pengelola menyediakan jemputan gratis untuk menarik orang-orang datang ke sana.Seperti Inggris,negara ini menghalalkan perkawinan sesama jenis.Sayapun sempat melewati rumah-rumah yang dijadikan tempat mesum.Meski udara dingin,para wanita dan pria penjaja syahwat tetap bertelanjang dada dibalik jendela mengundang para 'penikmat seks'untuk mampir.Bahkan saking 'terbuka'nya negara ini terhadap seks,terdapat pula Erotic Museum ( di red light district ) yang memuat koleksi 'erotic art' dan Museum seks ( di dekat Museum lilin Madame Tussauds ) yang sempat saya lewati.


Penat badan dan kaki mulai terasa.Diripun terasa malas meninggalkan Amsterdam.Ada penyesalan di hati,kenapa perjalanan saya kali ini teramat singkat.Belum semua sisi kota Amsterdam saya datangi.Mungkin suatu saat saya akan kembali untuk mengitari ruang lain kota ini.Daag....
(seperti penuturan M.F Mursito kepada penulis )

2 comments:

yosefin respati said...

Dejavu saya juga baru dari sana....mudah2an bisa kembali lagi next time..karena masih ada Tempat ok yg belum dikunjungi marken Dan gotten.

vivi sanusi said...

siip mbak yosefin...wahh,lg musim semi dunk yaa...bisa lihat buka tulip bermekaran

Post a Comment